Sunday, January 22, 2012

KARENA ITULAH AKU MENCINTAIMU

 Malam itu, usai menidurkan anak-
anak, seorang istri duduk termenung di
meja rias. Dia memandangi wajahnya
di cermin. Matanya tampak jeli
memperhatikan setiap sisi kulit
wajahnya. Ia tarik beberapa kerut yang
timbul di bagian kanan dan kiri
matanya, setelah itu ia tersenyum.
Lalu ia tarik lagi kulit yang agak
mengendur di bagian pipi dan lipatan
senyum, lantas ia kembali tersenyum.
Sebenarnya, dalam hati ia merasakan
kegundahan yang amat dalam. Sudah
beberapa hari ini, ia merasa bahwa
dirinya tidak semenarik dulu. Kulit-
kulit yang mulai keriput, sampai tubuh
yang makin naik hitungannya hingga
berpuluh kilogram. Meskipun selama
hampir 15 tahun pernikahan, suaminya
tidak pernah komplain tentang
penampilan fisiknya.
Dalam diam dia memandangi botol-
botol kosmetik yang berjajar di
depannya. Ada krim anti penuaan, ada
krim malam, pelembab, krim pemutih
wajah, sampai krim penghilang flek
hitam dan kerut di wajah. “Seandainya
ada krim pencegah tua,” ujarnya dalam
hati.
Dulu sebelum menikah, tubuhnya
begitu langsing. Setelah memiliki tiga
anak, hampir tidak ada lagi bentuk
tubuh yang indah seperti yang ia miliki
sewaktu masih gadis dulu. Ia menyesali
jalannya waktu yang begitu cepat
bergulir. Lantas ia menatap lagi dirinya
di cermin, sambil menangis “masihkah
kau mencintaiku?” ucapnya lirih
dengan air mata berlinang.
Suaminya yang kala itu baru pulang
dari kantor, mendengar suara istrinya
dari dalam kamar. Pintu kamar masih
dalam keadaan terbuka. Dia melihat
istrinya menutupi wajahnya dengan
tangan. Melihat hal ini, suaminya
bertanya,
“ada apa?”
Istrinya menggeleng sambil menyeka
air mata dan terduduk di atas kasur.
“ katakan saja,” pinta suaminya yang
juga ikut duduk bersamanya.
Sang istri menatap suaminya lekat-
lekat sambil menahan tangis …
“suamiku, kulitku mulai mengendur.
Tanda-tanda penuaan sudah ada pada
wajahku. Krim-krim anti penuaan
sudah tidak lagi mampu menahan
kendurnya kulit wajahku.Masihkan
kau sayang padaku ?” tanya sang istri…
Suaminya terdiam, bingung. Tak lama
istrinya bertanya lagi.
“ Suamiku, tubuhku bertambah gemuk.
Aku tak lagi semenarik dulu di
matamu. Masihkah kau cinta padaku?”
ujar istrinya
Keduanya terdiam. Sang istri hanya
menunduk. Sebenarnya menanti
sebuah jawaban, namun ia khawatir
tak sanggup mendengar jawaban
suaminya apabila dijawab dengan kata
“ tidak”.
“Lihat aku,” pinta sang suami. Istrinya
pun memandangnya, meskipun
matanya sembab karena sering
menangis sejak beberapa hari
belakangan. Lantas suami berkata,
“ kamu harus bangun pagi untuk
menyiapkan aku dan anak-anak
sarapan, membuatkan kopi atau teh
hangat saat sarapan, membangunkan
dan memandikan anak-anak untuk
berangkat sekolah, mengajari mereka
mengaji, mengajari mereka bagaimana
bersopan santun, mengajari mereka
bagaimana cara menghormati orang
tua, dan yang lebih penting kamu
mengajari mereka bagaimana cara
mengenal Allah, ” ucap sang suami
yang juga berkaca-kaca.
Tak lama kemudian, sang suami
melanjutkan kata-katanya …
“Aku mencintaimu karena agama yang
ada dalam dirimu. Jika hilang
agamamu, maka hilang juga cintaku
padamu …” ujar suaminya sambil
menyeka air mata yang mulai menetes
di pipi istri tercintanya ini.

0 comments: